Ada sebuah pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sebuah masalah yang di hadapi NASA. Tentang bagaimana memecahkan masalah pena yang tidak bisa dipakai menulis di luar angkasa sana. Dikarenakan tintanya tidak dapat mengalir seperti saat dipakai di bumi karena masalah gravitasi.
Para insinyur NASA menghadapi tantangan yang mengerikan. Misi mereka adalah membuat alat-alat tulis yang bisa menahan efek gravitasi nol. Para astronaut melaporkan bahwa pena yang diberikan kepada mereka tidak bisa bekerja di luar bumi.
Tim berkumpul, pertemuan diadakan, dan masalah dianalisis dari berbagai aspek. Prototipe diciptakan dan diuji. Dolar yang tak terhitung jumlahnya dan waktu yang terpakai kemudian, akhirnya Space Pen pun diresmikan.
Tidak hanya aliran tinta yang bisa dipakai selama penerbangan ruang angkasa, pena juga dapat digunakan secara terbalik, dari samping, bahkan saat terendam air. Dalam upaya mereka untuk melawan gravitasi, ilmuwan di NASA tetap melakukan pengawasan besar. Namun, mereka gagal menyadari bahwa sebenarnya astronaut bisa menggunakan pensil.
Pelajaran dari cerita ini: Ketika kita mencari solusi dengan hambatan yang kita hadapi, kadang-kadang kita mengabaikan solusi sederhana yang kadang ada di depan mata. Meskipun apa yang kita pikir kita tahu, kebenaran selalu ada dalam detail.
Meskipun Space Pen adalah penemuan yang luar biasa – karena memang dapat dipakai menyamping, terbalik, di bawah air, dan dalam suhu ekstrim – NASA tidak ada hubungannya dengan itu.
Paul C. Fisher, bukanlah seorang insinyur ruang angkasa tapi produsen alat tulis, yang mengembangkan pena tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. Ia mengajukan dan menerima paten untuk idenya, kemudian menjual versi aslinya untuk NASA dan program ruang angkasa Rusia.
Saat ini, Fisher dan perusahaannya menawarkan beberapa versi yang berbeda dari Space Pen. Yang bukan hanya digunakan oleh astronaut saja.
No comments:
Post a Comment