Hidup ini penuh pilihan. Semua pilihan tergantung dari keputusan kita sendiri. Apapun yang kita pilih, itulah yang harus kita terima dan kita jalani. Selalu ingat bahwa penyesalan selalu datang terlambat di akhir episode kehidupan. Lakukan yang terbaik, sebaik mungkin yang kita bisa, apapun pekerjaan kita. Mari kita simak kisah tukang kayu ini bersama sama. Saya kutip dari seorang sahabat sekaligus guru dalam banyak hal bagi saya.
Alkisah ada seorang tukang bangunan yang sudah tua.
Dia berniat pensiun dari pekerjaannya itu setelah melakoninya selama puluhan tahun.
Dia berfikiran ingin menikmati masa tuanya bersama istri, anak dan cucu-cucunya.
Meski ia tahu ia akan kehilangan sumber penghasilannya, namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Maka tekadnya pun sudah bulat, ia tetap ingin pensiun.
Dia lalu menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.
Sang mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya.
Seoarang ahli bangunan yang handal yang ia miliki di timnya.
Namun, melihat tekadnya yang sudah bulat sang mandor tak sanggup menolaknya.
Sebagai permintaan terakhir, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah. Namun kali ini, sebagai bentuk penghormatan, sang mandor memberikan kebebasan mutlak kepada sang tukang kayu itu untuk memilih bahan-bahan bangunan dan kayu terbaik sesuka dia. Apapun yang tukang kayu itu minta akan disediakan.
Dengan berat hati tukang kayu itu menyanggupinya, namun ia berkata Ia akan pensiun maka mungkin ia tidak akan mengerjakannya dengan sepenuh hatinya dan sebaik yang ia bisa.
Sang mandor hanya tersenyum dan berkata," Kerjakanlah dengan sepenuh hatimu dan keluarkanlah kemampuan terbaikmu. Kerjakan dengan yang terbaik yang kamu bisa".
Tukang kayu ini memulai pekerjannya.
Benar saja, ia mulai malas-malasan mengerjakannya.
Ia asal-asalan membuat kerangka atap, membuat kerangka pintu dengan kualitas kayu rendah. Sayang sekali ia memilih mengakhiri karirnya dengan pekerjaan yang sangat buruk.
Akhirnya rumah itu selesai dibangun, lalu sang mandor pergi untuk memeriksanya ditemani sang tukang kayu itu.
Saat sang mandor itu memegang gagang pintu depan, tiba-tiba sang mandor berbalik dan berkata, " Ini adalah rumahmu, hadiah dariku karena pengabdianmu padaku".
Betapa terkejutnya tukang kayu tersebut.
Ia sangat menyesal. Rumah yang ia bangun dengan setengah hati tersebut adalah rumah untuknya. Jika saja ia tahu sejak awal ia sedang membangun rumah untuknya sendiri, maka pastilah ia akan membangunnya dengan sepenuh hati dan dengan bahan kualitas terbaik.
Namun penyesalan pasti datang terlambat.
Inilah rumah yang ia pilih sendiri.
Inilah jalan yang ia pilih sendiri.
Inilah refleksi hidup kita.
Coba pikirkanlah kisah tukang kayu ini baik-baik.
Anggaplah rumah tersebut sama dengan kehidupan anda.
Setiap kali anda memukulkan palu, pukullah dengan keras dan yakin.
Setiap kali anda membuat rangka, buatlah rangka terbaik dan terkokoh.
Setiap kali anda membuat podasi, pastikan setiap inchi nya lurus dan datar.
Lakukanlah semua dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
Sebab, kehidupanmu yang sekarang adalah akibat dari pilihan yang kamu ambil dimasa lalumu. Dan masa depanmu adalah hasil dari keputusanmu saat ini.
No comments:
Post a Comment